Konsentrasi…..berdoa, ayah selalu memesankan itu. Aku ingat peristiwa 14 tahun lalu, aku menelpon ayah dari Wartel, aku mengabarkan kalau sepeda motor yang aku pinjam teguling. Ketakutanku bukan pada luka di sebagian kaki dan sebagian lagi di kepala. Tapi kondisi sepeda motor yang aku taksir dulu menghabiskan ratusan ribu untuk memperbaikinya. Berbeda dengan ayah, ia begitu menghawatirkanku. Ayah bergegas mengunjungiku ke Banten, hari itu juga. Padahal aku yakin ayah pasti meminjam uang dari tetangga hanya untuk mengetahui bahwa aku baik-baik saja.
Konsentrasi…berdoa…kata-kata itu yang selalu ayah ingatkan kepadaku. Aku lupa, apakah saat kejadian itu menimpaku, aku sempat berdoa atau tidak? Kalau soal konsentrasi aku sama sekali tidak konsentrasi. Jasadku memang berada diatas sepeda motor, tapi fikiranku terbang merangkai kata-kata agar segera menyelesaikan satu tulisan. Majalah yang aku kelola saat itu masuk waktunya deadline.
Dua bulan lalu saat mobil yang aku kendarai menabrak seorang ibu guru yang mungkin juga tidak konsentrasi, aku juga lupa, apakah aku sempat berdoa saat pertama mengeluarkan mobil dari garasi atau tidak? Tangan dan kakiku mungkin berada di stir dan perangkat dibawahnya. Tapi fikiranku melayang entah kemana. Sama persis dengan pagi ini, tangan dan kakiku bengkok karena terperosok di ujung jalan,sepeda motor yang aku naiki tak terkendali. Lagi-lagi aku tidak ingat apakah aku sempat berdoa atau tidak tadi pagi. Soal konsentrasi aku memang sama sekali tidak konsentrasi. Ayah, aku selalu ingat padamu lebih dari biasanya jika aku lalai. Tuhan aku sudah sering kau hukum tapi aku selalu melakukan kesalahan berulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar