Malam ini aku melihat bulan mengintip, tapi belum pasti ia melihatku yang sedang makan soto ayam lamongan di lapangan parkir BSD city, atau ada objek lain yang sedang ia amati. Atau jangan-jangan bulan sedang termenung diam dengan tatapan kosong, sementara sebenarnya akulah yang justru sedang mengintipnya sembari mengunyah ayam diantara kuah soto. Enak sekali makanan ini, entah karena aku lapar, atau sotonya memang diracik dengan bumbu proporsional lalu diolah oleh tangan terampil atau jangan-jangan bulanlah yang membuat segalanya menjadi nikmat dilidah. Hemm... jika memang karena bulan, aku ingin ditemani bulan sepanjang malam.
Bulan, aku ingin menulis angka sepuluh, angka sempurna itu dipunggungmu. Agar siapa saja yang menatap mendapati keutuhan dan kesempurnaan. Jika ia mendongak dalam keadaan sedih, seketika menjadi ceria. Jika tak sengaja menatapmu dalam keadaan marah, pupuslah angkara murka itu, berubah menjadi senyum kelembutan.
Bulan, mengapa kau hanya mengintip, datanglah mendekat, berucap satu kata, kata yang jika kau ucapkan gemuruh didada ini perlahan mereda. Bulan, mengapa engkau menjauh, kemarilah, mendekat. 5ekaplah tubuh ini, biarkan kutanggalkan selimut kesedihan yang membuatku merasa tak berguna selama ini.
Bulan, ulurkanlah tanganmu, biar aku remas lembut jemarimu. Biar aku merasa tak sendiri, larut dalam sepi dan keputusasaan. Bulan, aku tak punya kata-kata lagi, bulan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar